SEJARAH SINGKAT TEORI EVOLUSI
Rabu, 25 April 2012 on
Evolusi_03_sejarah_singkat_teori_evolusi.doc Page 1 of 7
Akar pemikiran evolusionis muncul sezaman dengan keyakinan dogmatis yang berusaha keras mengingkari
penciptaan. Mayoritas filsuf penganut pagan di zaman Yunani kuno mempertahankan gagasan evolusi. Jika
kita mengamati sejarah filsafat, kita akan melihat bahwa gagasan evolusi telah menopang banyak filsafat
pagan.
Akan tetapi bukan filsafat pagan kuno ini yang telah berperan penting dalam kelahiran dan perkembangan
ilmu pengetahuan modern, melainkan keimanan kepada Tuhan. Pada umumnya mereka yang memelopori
ilmu pengetahuan modern mempercayai keberadaan-Nya. Seraya mempelajari ilmu pengetahuan, mereka
berusaha menyingkap rahasia jagat raya yang telah diciptakan Tuhan dan mengungkap hukum-hukum dan
detail-detail dalam ciptaan-Nya. Ahli Astronomi seperti Leonardo da Vinci, Copernicus, Keppler dan
Galileo; bapak paleontologi, Cuvier; perintis botani dan zoologi, Linnaeus; dan Isaac Newton, yang
dijuluki sebagai "ilmuwan terbesar yang pernah ada", semua mempelajari ilmu pengetahuan dengan tidak
hanya meyakini keberadaan Tuhan, tetapi juga bahwa keseluruhan alam semesta adalah hasil ciptaan-Nya
1 Albert Einstein, yang dianggap sebagai orang paling jenius di zaman kita, adalah seorang ilmuwan yang mempercayai Tuhan dan menyatakan, "Saya tidak bisa membayangkan ada ilmuwan sejati tanpa keimanan mendalam seperti itu. Ibaratnya: ilmu pengetahuan tanpa agama akan pincang." 2
Salah seorang pendiri fisika modern, dokter asal Jerman, Max Planck mengatakan bahwa setiap orang, yang mempelajari ilmu pengetahuan dengan sungguh-sungguh, akan membaca pada gerbang istana ilmu pengetahuan sebuah kata: "Berimanlah". Keimanan adalah atribut penting seorang ilmuwan.3
Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan kebangkitan filsafat-
filsafat materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke-19. Seperti telah disebutkan sebelumnya,
paham materialisme berusaha menjelaskan alam semata melalui faktor-faktor materi. Karena menolak
penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup ataupun tak hidup, muncul tidak
melalui penciptaan tetapi dari sebuah peristiwa kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur. Akan
tetapi, akal manusia sedemikian terstruktur sehingga mampu memahami keberadaan sebuah kehendak
yang mengatur di mana pun ia menemukan keteraturan. Filsafat materialistis, yang bertentangan dengan
karakteristik paling mendasar akal manusia ini, memunculkan "teori evolusi" di pertengahan abad ke-19.
Khayalan Darwin
Orang yang mengemukakan teori evolusi sebagaimana yang dipertahankan dewasa ini, adalah seorang naturalis amatir dari Inggris, Charles Robert Darwin.
Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia hanya memiliki ketertarikan amatir
pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung secara sukarela dalam ekspedisi
pelayaran dengan sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle, yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan
mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Darwin muda sangat takjub melihat beragam
spesies makhluk hidup, terutama jenis-jenis burung finch tertentu di kepulauan Galapagos. Ia mengira
bahwa variasi pada paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat.
Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep "adaptasi
terhadap lingkungan". Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh
Tuhan, tetapi berasal dari nenek mo-yang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi
alam.
Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan atau penelitian ilmiah apa pun; tetapi kemudian ia
Evolution Deceit (Keruntuhan Teori Evolusi) oleh HARUN YAHYA
Evolusi_03_sejarah_singkat_teori_evolusi.doc Page 2 of 7
menjadikannya sebuah teori monumental berkat dukungan dan dorongan para ahli biologi materialis
terkenal pada masanya. Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat
mereka dengan cara terbaik, akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi berikutnya. Sifat-sifat
yang menguntungkan ini lama-kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang
sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya. (Asal usul "sifat-sifat yang menguntungkan" ini belum
diketahui pada waktu itu.) Menurut Darwin, manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme ini.
Darwin menamakan proses ini "evolusi melalui seleksi alam". Ia
mengira telah menemukan "asal usul spesies": suatu spesies berasal dari spesies lain. Ia mempublikasikan pandangannya ini dalam bukunya yang berjudul The Origin of Species, By Means of Natural Selection pada tahun 1859.
Darwin sadar bahwa teorinya menghadapi banyak masalah. Ia
mengakui ini dalam bukunya pada bab "Difficulties of the
Theory". Kesulitan-kesulitan ini terutama pada catatan fosil dan
organ-organ rumit makhluk hidup (misalnya mata) yang tidak
mungkin dijelaskan dengan konsep kebetulan, dan naluri makhluk
hidup. Darwin berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh
penemuan-penemuan baru; tetapi bagaimanapun ia tetap
mengajukan sejumlah penjelasan yang sangat tidak memadai untuk
sebagian kesulitan tersebut. Seorang ahli fisika Amerika, Lipson,
mengomentari "kesulitan-kesulitan" Darwin tersebut:
Ketika membaca The Origin of Species, saya mendapati bahwa
Darwin sendiri tidak seyakin yang sering dikatakan orang
Charles Darwin
tentangnya; bab "Difficulties of the Theory" misalnya, menunjukkan keragu-raguannya yang cukup besar. Sebagai seorang fisikawan, saya secara khusus merasa terganggu oleh komentarnya mengenai bagaimana mata terbentuk.4
Saat menyusun teorinya, Darwin terkesan oleh para ahli biologi evolusionis sebelumnya, terutama seorang
ahli biologi Perancis, Lamarck.5 Menurut Lamarck, makhluk hidup mewariskan ciri-ciri yang mereka
dapatkan selama hidupnya dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga terjadilah evolusi. Sebagai
contoh, jerapah berevolusi dari binatang yang menyerupai antelop. Perubahan itu terjadi dengan
memanjangkan leher mereka sedikit demi sedikit dari generasi ke generasi ketika berusaha menjangkau
dahan yang lebih tinggi untuk memperoleh makanan. Darwin menggunakan hipotesis Lamarck tentang
"pewarisan sifat-sifat yang diperoleh" sebagai faktor yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi.
Evolution Deceit (Keruntuhan Teori Evolusi) oleh HARUN YAHYA
Evolusi_03_sejarah_singkat_teori_evolusi.doc Page 3 of 7
FOKUS: Rasisme Darwin
Salah satu aspek diri Darwin yang terpenting namun tidak
banyak diketahui adalah pandangan rasisnya: Darwin
menganggap orang-orang kulit putih Eropa lebih "maju"
dibandingkan ras-ras manusia lainnya. Selain beranggapan
bahwa manusia adalah makhluk mirip kera yang telah
berevolusi, Darwin juga ber-pendapat bahwa beberapa ras
manusia berkembang lebih maju dibandingkan ras-ras lain,
dan ras-ras terbelakang ini masih memiliki sifat kera. Dalam
bukunya The Descent of Man yang diterbitkannya setelah
The Origin of Species, dengan berani ia berkomentar tentang
"perbedaan-perbedaan besar antara manusia dari beragam
ras".1 Dalam bukunya tersebut, Darwin berpendapat bahwa
orang-orang kulit hitam dan orang Aborigin Australia sama
dengan gorila, dan berkesimpulan bahwa mereka lambat
laun akan "disingkirkan" oleh "ras-ras beradab". Ia berkata:
Di masa mendatang, tidak sampai berabad-abad lagi, ras-ras
manusia beradab hampir dipastikan akan memusnahkan dan
menggantikan ras-ras biadab di seluruh dunia. Pada saat
yang sama, kera-kera antropomorfus (menyerupai
manusia)... tak diragukan lagi akan musnah. Selanjutnya
jarak antara manusia dengan padanan terdekatnya akan lebih lebar, karena jarak ini akan memisahkan manusia dalam keadaan yang lebih beradab - kita dapat berharap bahkan lebih dari Kaukasian -
dengan jenis-jenis kera serendah babun, tidak seperti sekarang yang hanya memisahkan negro atau penduduk asli Australia dengan gorila.2
Pendapat-pendapat Darwin yang tidak masuk akal ini tidak hanya dijadikan teori, tetapi juga
diposisikan sebagai "dasar ilmiah" paling penting bagi rasisme. Dengan asumsi bahwa makhluk hidup
berevolusi ketika berjuang mempertahankan hidup, Darwinisme bahkan dimasukkan ke dalam ilmu-
ilmu sosial, dan dijadikan sebuah konsep yang kemudian dinamakan "Darwinisme Sosial".
Darwinisme Sosial berpendapat bahwa ras-ras manusia berada pada tingkatan berbeda-beda pada "tangga evolusi", dan ras-ras Eropa adalah yang paling "maju" di antara semua ras, sedangkan ras-ras lain masih memiliki ciri-ciri "kera".
1 Benjamin Farrington, What Darwin Really Said, London, Sphere Books, 1971, S. 54 ff.
2 Charles Darwin, The Descent of Man, 2. Aufl., New York, A.L. Burt Co., 1874, S. 178
Namun Darwin dan Lamarck telah keliru, sebab pada masa mereka, kehidupan hanya dapat dipelajari dengan teknologi yang sangat primitif dan pada tahap yang sangat tidak memadai. Bidang-bidang ilmu pengetahuan seperti genetika dan biokimia belum ada sekalipun hanya nama. Karenanya, teori mereka harus bergantung sepenuhnya pada kekuatan imajinasi.
Evolution Deceit (Keruntuhan Teori Evolusi) oleh HARUN YAHYA
Evolusi_03_sejarah_singkat_teori_evolusi.doc Page 4 of 7
Di saat gema buku Darwin tengah berkumandang, seorang ahli botani Austria bernama Gregor Mendel
menemukan hukum penurunan sifat pada tahun 1865. Meskipun tidak banyak dikenal orang hingga akhir
abad ke-19, penemuan Mendel mendapat perhatian besar di awal tahun 1900-an. Inilah awal kelahiran ilmu
genetika. Beberapa waktu kemudian, struktur gen dan kromosom ditemukan. Pada tahun 1950-an,
penemuan struktur molekul DNA yang berisi informasi genetis menghempaskan teori evolusi ke dalam krisis. Alasannya adalah kerumitan luar biasa dari kehidupan dan ketidakabsahan mekanisme evolusi yang diajukan Darwin.
Perkembangan ini seharusnya membuat teori Darwin terbuang dalam keranjang sampah sejarah. Namun ini
tidak terjadi, karena ada kelompok-kelompok tertentu yang bersikeras merevisi, memperbarui dan
mengangkat kembali teori ini pada kedudukan ilmiah. Kita dapat memahami maksud upaya-upaya tersebut
hanya jika menyadari bahwa di belakang teori ini terdapat tujuan ideologis, bukan sekadar kepentingan
ilmiah.
Usaha Putus Asa Neo-Darwinisme
Teori Darwin jatuh terpuruk dalam krisis karena hukum-hukum genetika yang ditemukan pada perempat
pertama abad ke-20. Meskipun demikian, sekelompok ilmuwan yang bertekad bulat tetap setia kepada
Darwin berusaha mencari jalan keluar. Mereka berkumpul dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh
Geological Society of America pada tahun 1941. Ahli genetika seperti G. Ledyard Stebbins dan Theodosius
Dobzhansky, ahli zoologi seperti Ernst Mayr dan Julian Huxley, ahli paleontologi seperti George Gaylord
Simpson dan Glenn L. Jepsen, dan ahli genetika matematis seperti Ronald Fisher dan Sewall Right, setelah
pembicaraan panjang akhirnya menyetujui cara-cara untuk "menambal sulam" Darwinisme.
Kader-kader ini berfokus kepada pertanyaan tentang asal usul variasi menguntungkan yang diasumsikan menjadi penyebab makhluk hidup berevolusi -sebuah masalah yang tidak mampu dijelaskan oleh Darwin sendiri dan dielakkan dengan bergantung pada teori Lamarck. Gagasan mereka kali ini adalah "mutasi acak" (random mutations). Mereka menamakan teori baru ini "Teori Evolusi Sintetis Modern" (The Modern Synthetic Evolution Theory), yang dirumuskan dengan menambahkan konsep mutasi pada teori seleksi alam Darwin. Dalam waktu singkat, teori ini dikenal sebagai "neo-Darwinisme" dan mereka yang mengemukakannya disebut "neo-Darwinis".
Beberapa dekade berikutnya menjadi era perjuangan berat untuk membuktikan kebenaran neo-Darwinisme.
Telah diketahui bahwa mutasi - atau "kecelakaan" - yang terjadi pada gen-gen makhluk hidup selalu
membahayakan. Neo-Darwinis berupaya memberikan contoh "mutasi yang menguntungkan" dengan
melakukan ribuan eksperimen mutasi. Akan tetapi semua upaya mereka berakhir dengan kegagalan total.
Mereka juga berupaya membuktikan bahwa makhluk hidup pertama muncul secara kebetulan di bawah
kondisi-kondisi bumi primitif, seperti yang diasumsikan teori tersebut. Akan tetapi eksperimen-eksperimen ini
pun menemui kegagalan. Setiap eksperimen yang bertujuan membuktikan bahwa kehidupan dapat
dimunculkan secara kebetulan telah gagal. Perhitungan probabilitas membuktikan bahwa tidak ada satu pun
protein, yang merupakan molekul penyusun kehidupan, dapat muncul secara kebetulan. Begitu pula sel,
yang menurut anggapan evolusionis muncul secara kebetulan pada kondisi bumi primitif dan tidak
terkendali, tidak dapat disintesis oleh laboratorium-laboratorium abad ke-20 yang tercanggih sekalipun.
Teori neo-Darwinis telah ditumbangkan pula oleh catatan fosil. Tidak pernah ditemukan di belahan dunia
mana pun "bentuk-bentuk transisi" yang diasumsikan teori neo-Darwinis sebagai bukti evolusi bertahap
pada makhluk hidup dari spesies primitif ke spesies lebih maju. Begitu pula perbandingan anatomi
menunjukkan bahwa spesies yang diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-ciri
Evolution Deceit (Keruntuhan Teori Evolusi) oleh HARUN YAHYA
Evolusi_03_sejarah_singkat_teori_evolusi.doc Page 5 of 7
anatomi yang sangat berbeda, sehingga mereka tidak mungkin menjadi nenek moyang dan keturunannya.
Neo-Darwinisme memang tidak pernah menjadi teori ilmiah, tapi merupakan sebuah dogma ideologis kalau
tidak bisa disebut sebagai semacam "agama". Oleh karena itu, pendukung teori evolusi masih saja
mempertahankannya meskipun bukti-bukti berbicara lain. Tetapi ada satu hal yang mereka sendiri tidak
sependapat, yaitu model evolusi mana yang "benar" dari sekian banyak model yang diajukan. Salah satu
hal terpenting dari model-model tersebut adalah sebuah skenario fantastis yang disebut "punctuated
equilibrium".
Coba-Coba: Punctuated Equilibrium
Sebagian besar ilmuwan yang mempercayai evolusi menerima teori neo-Darwinis bahwa evolusi terjadi
secara perlahan dan bertahap. Pada beberapa dekade terakhir ini, telah dikemukakan sebuah model lain
yang dinamakan "punctuated equilibrium". Model ini menolak gagasan Darwin tentang evolusi yang terjadi
secara kumulatif dan sedikit demi sedikit. Sebaliknya, model ini menyatakan evolusi terjadi dalam "loncatan"
besar yang diskontinu.
Pembela fanatik pendapat ini pertama kali muncul pada awal tahun 1970-an.
Awalnya, dua orang ahli paleontologi Amerika, Niles Eldredge dan Stephen
Jay Gould, sangat sadar bahwa pernyataan neo-Darwinis telah diruntuhkan
secara absolut oleh catatan fosil. Fosil-fosil telah membuktikan bahwa makhluk
hidup tidak berasal dari evolusi bertahap, tetapi muncul tiba-tiba dan sudah
terbentuk sepenuhnya. Hingga sekarang neo-Darwinis senantiasa berharap
bahwa bentuk peralihan yang hilang suatu hari akan ditemukan. Eldredge dan
Gould menyadari bahwa harapan ini tidak berdasar, namun di sisi lain mereka
tetap tidak mampu meninggalkan dogma evolusi. Karena itulah akhirnya mereka
mengemukakan sebuah model baru yang disebut punctuated equilibrium tadi.
Sthephen Jay Gould
Inilah model yang menyatakan bahwa evolusi tidak terjadi sebagai hasil dari variasi minor, namun dalam per-ubahan besar dan tiba-tiba.
Model ini hanya sebuah khayalan. Sebagai contoh, O.H. Shindewolf, seorang ahli paleontologi dari Eropa
yang merintis jalan bagi Eldredge dan Gould, menyatakan bahwa burung pertama muncul dari sebutir telur
reptil, sebagai "mutasi besar-besaran" (gross mutation), yakni akibat "kecelakaan" besar yang terjadi pada
struktur gen.6 Menurut teori tersebut, seekor binatang darat dapat menjadi paus raksasa setelah mengalami
perubahan menyeluruh secara tiba-tiba. Pernyataan yang sama sekali bertentangan dengan hukum-hukum
genetika, biofisika dan biokimia ini, sama ilmiahnya dengan dongeng katak yang menjadi pangeran! Dalam
ketidakberdayaan karena pandangan neo-Darwinis terpuruk dalam krisis, sejumlah ahli paleontologi pro-
evolusi mempercayai teori ini, teori baru yang bahkan lebih ganjil daripada neo-Darwinisme itu sendiri.
Satu-satunya tujuan model ini adalah memberikan penjelasan untuk mengisi celah dalam catatan fosil yang
tidak dapat dijelaskan model neo-Darwinis. Namun, usaha menjelaskan kekosongan fosil dalam evolusi
burung dengan pernyataan bahwa "seekor burung muncul tiba-tiba dari sebutir telur reptil" sama sekali
tidak rasional. Sebagaimana diakui oleh evolusionis sendiri, evolusi dari satu spesies ke spesies lain
membutuhkan perubahan besar informasi genetis yang menguntungkan. Akan tetapi, tidak ada mutasi yang
memperbaiki informasi genetis atau menambahkan informasi baru padanya. Mutasi hanya merusak
informasi genetis. Dengan demikian, "mutasi besar-besaran" yang digambarkan oleh model punctuated
equilibrium hanya akan menyebabkan pengurangan atau perusakan "besar-besaran" pada informasi
genetis.
Evolution Deceit (Keruntuhan Teori Evolusi) oleh HARUN YAHYA
Evolusi_03_sejarah_singkat_teori_evolusi.doc Page 6 of 7
Lebih jauh lagi, model punctuated equilibrium runtuh sejak pertama kali muncul karena ketidakmampuannya menjawab pertanyaan tentang asal usul kehidupan; pertanyaan serupa yang menggugurkan model neoDarwinis sejak awal. Karena tidak satu protein pun yang muncul secara kebetulan, perdebatan mengenai apakah organisme yang terdiri dari milyaran protein mengalami proses evolusi secara "tiba-tiba" atau "bertahap" tidak masuk akal.
FOKUS : Ilmu Pengetahuan Primitif di Masa Darwin
Ketika Darwin mengajukan asumsinya, disiplin-
disiplin ilmu genetika, mikrobiologi, dan biokimia
belum ada. Seandainya ilmu-ilmu ini ditemukan
sebelum Darwin mengajukan teorinya, ia akan
dengan mudah menyadari bahwa teorinya benar-
benar tidak ilmiah dan tidak akan berupaya
mengemukakan pernyataan-pernyataan tanpa arti.
Informasi yang menentukan spesies terdapat dalam
gen dan tidak mungkin seleksi alam memproduksi
spesies baru melalui perubahan gen.
Begitu pula, dunia ilmu
pengetahuan pada saat itu
hanya memiliki pemahaman
yang dangkal dan kasar tentang
struktur dan fungsi sel. Jika
Darwin memiliki kesempatan
Kajian-Kajian mendalam tentang sel hanya munkin
setelah panamuan mikroskop elektron. Pada masa
Darwin, dengan mikroskop primitif seperti ini,
hanya mungkin untuk mengamati permukanluar
sebuah sel.
mengamati sel dengan
menggunakan mikroskop
elektron, dia mungkin akan
menyaksikan kerumitan dan
struktur yang luar biasa dalam
bagian-bagian kecil sel. Dia akan menyaksikan dengan mata kepala sen-diri bahwa tidak mungkin sistem yang demikian rumit dan kompleks terjadi melalui variasi minor. Jika ia mengenal biomatematika, maka dia akan menyadari bahwa jangankan keseluruhan sel, bahkan sebuah molekul protein saja, tidak mungkin muncul secara kebetulan.
Kendati demikian, neo-Darwinisme masih menjadi model yang terlintas dalam pikiran ketika "evolusi" menjadi pokok perbincangan dewasa ini. Dalam bab-bab selanjutnya, kita akan melihat dua mekanisme rekaan model neo-Darwinis, kemudian memeriksa catatan fosil untuk menguji model ini. Setelah itu, kita akan membahas pertanyaan tentang asal usul kehidupan yang menggugurkan model neo-Darwinis dan semua model evolusionis lain seperti "evolusi dengan lompatan" (evolution by leaps).
Evolution Deceit (Keruntuhan Teori Evolusi) oleh HARUN YAHYA
Evolusi_03_sejarah_singkat_teori_evolusi.doc Page 7 of 7
Dewasa ini, puluhan ribu ilmuwan di seluruh dunia, terutama di AS dan Eropa, menolak teori evolusi dan telah menerbitkan banyak buku tentang ketidakbenaran teori tersebut. Di samping ini beberapa contohnya.
Sebelumnya, ada baiknya meng-ingatkan pembaca bahwa fakta yang akan kita hadapi di setiap tahap adalah bahwa skenario evolusi merupakan sebuah dongeng belaka, kebohongan besar yang sama sekali bertentangan dengan dunia nyata. Ini adalah sebuah skenario yang telah digunakan untuk membohongi dunia selama 140 tahun. Berkat penemuan-penemuan ilmiah terakhir, usaha kontinu mempertahankan teori tersebut akhirnya menjadi mustahil.
Evolution Deceit (Keruntuhan Teori Evolusi) oleh HARUN YAHYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar